Monday 14 October 2019

EFEK DARI DEMONSTRASI DI MASYARAKAT


Efek dari demonstrasi adalah istilah yang umum digunakan yang merujuk pada perilaku individu yang disebabkan oleh tindakan orang lain dan konsekuensinya. Menurut leksikon Financial Times, efek dari demosntrasi adalah sebuah gagasan bahwa 'orang mengharapkan atau ingin membeli atau memiliki sesuatu karena mereka melihat bahwa orang lain dapat memilikinya'. Istilah ini terutama digunakan di dalam bidang ekonomi, ilmu politik dan sosiologi untuk menggambarkan fenomena bahwa pembangunan di satu lokasi atau konteks dapat bertindak sebagai katalis untuk persaingan di lokasi ataupun dalam konteks lain.

Sejarah umat manusia penuh dengan efek dari demonstrasi seperti itu. Revolusi Amerika yang berhasil (1775-83) mungkin memiliki efek demonstrasi yang akhirnya memicu Revolusi Perancis (1789-99). Revolusi Bolshevik komunis di Rusia juga mendorong revolusi serupa di bagian lain dunia. Sering dikemukakan bahwa gerakan politik mendapat dorongan dari keberhasilan yang diamati dari gerakan politik serupa di negara lain. 

Teori efek domino sangat terkait dengan ide ini, yang mana berpendapat bahwa revolusi komunis yang berhasil di beberapa negara dapat memberikan dorongan untuk revolusi komunis di negara-negara lain di dunia. Demikian pula, negara dapat mengadopsi kebijakan yang serupa dengan kebijakan yang berhasil diadopsi oleh negara lain. Keberhasilan yang terbukti dari setiap kebijakan memberikan efek demonstrasi yang dapat mendorong negara lain untuk mereplikasi kebijakan yang sama untuk meniru keberhasilan itu. Ini cukup sering diamati dalam domain kebijakan ekonomi, sosial dan publik serta di arena olahraga dan budaya.

Seorang Ekonom James Stemble Duesenberry (1918-2009) dianggap pertama kali menciptakan istilah 'efek demonstrasi' sebagai jargon ekonomi pada tahun 1949. Dia melakukan ini dengan meneruskan ide asli Thorstein Veblen (1899). Duesenberry berpendapat bahwa kesadaran akan kebiasaan konsumsi orang lain cenderung menginspirasi persaingan praktik-praktik ini yang pada akhirnya berdampak pada tingkat tabungan dan peluang akibatnya bagi pertumbuhan ekonomi makro. Konsepnya dikembangkan lebih lanjut oleh seorang ekonom Robert H. Frank di AS sejak 1980-an.

Namun, ide Duesenberry sebagian besar digantikan oleh teori-teori lain yang bersaing dalam ekonomi perilaku utama sejak 1950-an. Ragnar Nurske (1907-59) juga berpendapat serupa bahwa paparan masyarakat terhadap barang atau cara hidup baru menimbulkan ketidakbahagiaan dengan apa yang sebelumnya merupakan praktik konsumsi yang dapat diterima. Dia menyebut ini sebagai 'efek demonstrasi internasional'.

Efek demonstrasi juga dapat membantu menjelaskan suatu  krisis keuangan atau ekonomi yang terjadi seperti Krisis Keuangan Asia pada akhir 1990-an dan Krisis Keuangan Global pada akhir 2000-an. Ini juga dapat menjelaskan preferensi investor untuk berinvestasi di lokasi, tempat, negara atau industri tertentu.
 
Efek demonstrasi dapat memainkan peran penting dalam mempromosikan sifat buruk dan kebajikan, seperti maraknya korupsi. Dalam kasus kejahatan sosial seperti korupsi, para korban korupsi cenderung kehilangan kepercayaan pada moralitas dan nilai-nilai tradisional setelah mereka menjadi korbannya. Pada tahap selanjutnya, mereka juga cenderung mengikuti jalur korup yang sama. 

Hal ini terbukti benar dalam kasus banyak pegawai negeri, yang selama tahap awal karir mereka cenderung jujur, tetapi pada tahap selanjutnya mulai melakukan  cara yang sama dengan yang mereka atau kerabat mereka telah menjadi korban. Budaya korupsi yang merajalela yang memiliki efek demonstrasi di masyarakat menambah transformasi mereka menjadi lebih buruk.


Ditulis oleh : Dr Helal Uddin Ahmed is former Editor of Bangladesh Quarterly.  hahmed1960@gmail.com

No comments:

Post a Comment