PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Pembangunan Hutan Tanaman Industri
(HTI) merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri
pengolahan hasil hutan kayu. Permintaan
terhadap kayu dari HTI meningkat seiring meningkatnya konsumsi kayu masyarakat
dan makin berkurangnya produksi kayu dari hutan alam akibat laju kerusakan
hutan alam yang semakin meningkat.
Pembangunan HTI disamping upaya untuk meningkatkan produktivitas dan
potensi hutan juga merupakan upaya rehabilitasi lahan hutan yang tidak
produktif, penyediaan lapangan kerja dan memperluas kesempatan untuk
berusaha. Selain dari itu pembangunan
HTI merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam upaya mewujudkan pengelolaan hutan
secara lestari dan berwawasan lingkungan, sejalan dengan kesepakatan ITTO di
Bali 1990 yang telah ditanda tangani oleh Indonesia
(Balitbang Kehutanan, 1998).
Kegiatan pemanenan pada kulit dan batang
kayu menyebabkan hilangnya unsur hara (pengangkutan keluar). Besarnya kehilangan ini tergantung pada volume
panen dan level unsur hara spesifik yang terdapat pada batang kayu dan kulit. Hilangnya unsur hara saat pemanenan mempunyai
dampak yang penting pada siklus unsur hara pada hutan tanaman industri. Output unsur hara yang berkelanjutan akan
menyebabkan degradasi tanah yang menyebabkan turunnya produktivitas (Mackensen,
2000).
Salah satu unsur hara yang dapat
hilang ataupun berkurang adalah unsur hara Magnesium (Mg). Mg merupakan salah satu unsur hara yang
dibutuhkan tanaman untuk berbagai kegiatan metabolisme. Mg merupakan satu-satunya ion logam yang
terdapat dalam molekul klorofil dan merupakan inti klorofil. Banyak enzim yang ikut serta dalam
metabolisme karbohidrat membutuhkan Mg sebagai activator.Kekurangan unsur ini
akan menyebabkan klorosis pada tanaman dan menghambat reaksi gelap pada proses
fotosintesis (Marschner, 1986).
Sejak dicanangkan pembangunan HTI di
Indonesia, jenis Acacia merupakan salah
satu jenis favorit. Pada awalnya jenis ini di kelompokkan kedalam jenis kayu
untuk memenuhi kebutuhan kayu serat terutama untuk bahan baku industri pulp dan
kertas, karena A. mangium memiliki panjang serat
0,7 - 1 mm dengan kerapatan 410-530 kg/m2. A. mangium juga tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi dan dapat tumbuh pada lahan yang tidak subur, sehingga banyak dikembangkan dalam HTI (Palakongas, 1996).
0,7 - 1 mm dengan kerapatan 410-530 kg/m2. A. mangium juga tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi dan dapat tumbuh pada lahan yang tidak subur, sehingga banyak dikembangkan dalam HTI (Palakongas, 1996).
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan paper
ini adalah agar mahasiswa
mengetahui sumber-sumber hara dalam tanah yang bermanfaat bagi
tanaman.
mengetahui sumber-sumber hara dalam tanah yang bermanfaat bagi
tanaman.
Kegunaan
Penulisan
Adapun kegunaan penulisan paper ini
adalah sebagai salah satu komponen penilaian di Laboratorium Kesuburan Tanah
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.
UNSUR
HARA MAGNESIUM
Sumber-Sumber Unsur
Hara Magnesium
Sumber Mg dalam tanah adalah
mineral-mineral amfibol (Ca (Mg Fe)2 Si4O12),
biotit, chlorit dan dolomit (CaCO3 MgCO3). Magnesium
diambil oleh tanaman dalam bentuk ion Mg2+.Magnesium (Mg) merupakan
salah satu unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak atau biasa
disebut unsur hara makro tanaman. Tanaman menyerap magnesium (Mg) dalam bentuk
ion Mg++. Magnesium merupakan bagian dari klorofil. Kekurangan
magnesium mengakibatkan klorosis yang gejalanya akan tampak pada permukaan daun
sebelah bawah. Magnesium merupakan salah satu bagian enzim yang disebut Organic
pyrophosphates dan Carboxy peptisida.
Kadar
Magnesium di dalam bagian-bagian vegetatif dapat dikatakan rendah daripada
kadar Ca, akan tetapi di dalam bagian-bagian generatif malah sebaliknya.
Magnesium banyak terdapat di dalam buah. Ketersediaan magnesium tidak
boleh berlebihan karena dapat meracuni tanaman sehingga unsur
magnesium harus dalam kondisi seimbang terutama dengan unsur kalsium (Ca).
Magnesium bersifat mobil dalam tanaman, tetapi termasuk unsur yang tidak
mobil dalam tanah. Magnesium banyak terdapat di dalam tanah.
Sumber-sumber magnesium (Mg)
yaitu: CaCO3MgCO3
(Dolomitic limestone) ; Sulfat of Potash Magnesium (kandungan
Magnesium 11,1%) ; MgSO4.7H2O (Epson salt) ; MgSO4.H2O
(Kleserit) kandungan Mg 18,3%. ; MgO (Magnesia) ; Mg3SiO2(OH)4 (Terpentin) ; MgCO3 (Magnesit) ; MgCl2KCl6H2O (Karnalit) ; Basic slag kandungan Mg-nya adalah 3,4% .
(Dolomitic limestone) ; Sulfat of Potash Magnesium (kandungan
Magnesium 11,1%) ; MgSO4.7H2O (Epson salt) ; MgSO4.H2O
(Kleserit) kandungan Mg 18,3%. ; MgO (Magnesia) ; Mg3SiO2(OH)4 (Terpentin) ; MgCO3 (Magnesit) ; MgCl2KCl6H2O (Karnalit) ; Basic slag kandungan Mg-nya adalah 3,4% .
Fungsi Magnesium
Seperti yang kita ketahui, Magnesium
termasuk hara makro sekunder yangdibutuhkan oleh tanaman. Diperlukan dalam
jumlah relatif banyak, lebih kecil
dibandingkan N dan K, hampir sebanding jumlahnya dengan P, S dan Ca;
umumnya Mg < Ca. Hara makro Magnesium (Mg) merupakan unsur hara esensial
yang sangat dibutuhkan tanaman dalam pembentukan hijau daun (chlorofil) dan
sebagai co-faktor hampir pada seluruh enzim dalam proses metabolisme tanaman
seperti proses fotosintesa, pembentukan sel, pembentukan protein, pembentukan pati,
transfer energi serta mengatur pembagian dan distribusi karbohidrat keseluruh
jaringan tanaman.
Pupuk Magnesium atau yang lebih dikenal sebagai KIESERITE,
tergolong pupuk tunggal yang manfaatnya mampu memperbaiki sifat fisik dan kimia
tanah. Diantaranya dapat meningkatkan pH tanah dan Kapasitas Tukar Kation (KTK)
tanah sekaligus menambah nutrisi Mg didalam tanah untuk kebutuhan tanaman.
Magnesium (Mg) juga memegang peranan penting dalam transportasi Phosphat pada tanaman.
Magnesium (Mg) juga memegang peranan penting dalam transportasi Phosphat pada tanaman.
Manfaat
Magnesium (KIESERITE) terhadap tanaman dan tanah antara lain ; 1. Menghasilkan
Klorofil dengan sempurna. 2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. 3.
Meningkatkan kadar minyak pada buah sawit dan lainnya.
4. Meningkatkan pH tanah dan memperbaiki struktur tanah akibat pemberian pupuk kimia. 5. Ketersediaan kandungan hara, phosfor dalam tanah.
6. Dapat mengurangi (menetralisir) racun akibat kandungan Al dan Fe dalam tanah yang tinggi. Magnesium sangat vital untuk fotosintesis: menjadi atom pusat dari molekul klorofil, jumlahnya 15- 20% total Mg dalam tanaman. Komponen struktural pada ribosom: sintesis protein. Aktivasi enzim: transfer fosfat dan gugus karboksil, yaitu reaksi ATP dan transfer energi, fiksasi CO2 oleh RuBP carboxylase.
4. Meningkatkan pH tanah dan memperbaiki struktur tanah akibat pemberian pupuk kimia. 5. Ketersediaan kandungan hara, phosfor dalam tanah.
6. Dapat mengurangi (menetralisir) racun akibat kandungan Al dan Fe dalam tanah yang tinggi. Magnesium sangat vital untuk fotosintesis: menjadi atom pusat dari molekul klorofil, jumlahnya 15- 20% total Mg dalam tanaman. Komponen struktural pada ribosom: sintesis protein. Aktivasi enzim: transfer fosfat dan gugus karboksil, yaitu reaksi ATP dan transfer energi, fiksasi CO2 oleh RuBP carboxylase.
Tanaman menyerap Magnesium dalam bentuk ion Mg++,
ketersediaan Mg tidak boleh berlebihan karena dapat meracuni tanaman, sehingga
unsur Mg harus dalam kondisi seimbang terutama dengan umsur Ca. Unsur hara Ca adalah
bersifat mobil. FUNGSI :– Berperan dalam proses fotosintesis dan pembentukan
klorofil – Untuk pembentukan enzim dan protein dalam tanaman – Menaikan kadar
minyak pada tanaman – Termasuk unsur hara yang mobil didalam tanaman
Siklus
Magnesium
Magnesium
(Mg) yang terdapat didalam tanah berada dalam bentuk: segera tersedia, lambat
tersedia, dan tidak tersedia bagi tanaman .
Unsur Mg yang tersedia bagi tanaman berada dalam bentuk dapat
dipertukarkan dan/atau dalam larutan tanah. Bentuk lambat tersedia dalam
keseimbangan dengan bentuk yang dapat dipertukarkan. Sedangkan yang tidak
tersedia terdapat dalam mineral-mineral primer biotit, serpentin, olivin, dan
horblende serta dalam mineral-mineral
sekunder khlorit, vermikulit, ilit dan monmorilonit. Jika mineral-mineral
tersebut terlapuk akan dibebaskan unsur Mg yang dapat diserap oleh tanaman
(Tisdale dan Nelson, 1975).
(Tisdale dan Nelson, 1975).
Magnesium
merupakan hara makro esensial. Tanaman mengambil unsure ini dalam bentuk ion
Mg2+, terutama melalui intersepsi akar. Walaupun mekanisme serapan hara Mg
melalui intersepsi akar adalah yang terpenting, tetapi serapannya melalui
aliran massa dan difusi merupakan hal yang penting untuk tanah-tanah tertentu.
Bahkan kedua mekanisme tersebut menunjukkan korelasi yang nyata terhadap serapan
Mg terutama untuk tanah-tanah dengan kandungan Mg sangat tinggi atau rendah
(Indrarjo, 1986 dalam Arios, 2005).
Magnesium
mempunyai peran yang penting dalam berbagai proses yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Unsur ini merupakan salah satu hara yang dibutuhkan
tanaman untuk kegiatan metaboliknya. Magnesium berperan penting dalam tanaman
karena merupakan satu-satunya unsur logam yang menyusun molekul klorofil
(Tisdale dan Nelson, 1975). Kira-kira 10% unsur magnesium di dalam tanaman
dijumpai di dalam kloroplas dan berperan sebagai aktivator spesifik dari
beberapa enzim. Menurut (Indrarjo, 1986
dalam Arios, 2005)
enzim yang ikut serta dalam metabolisme karbohidrat yang membutuhkan magnesium sebagai aktivator seperti enzim transfosforilase,
dehidrogenase, dan karboksilase.
enzim yang ikut serta dalam metabolisme karbohidrat yang membutuhkan magnesium sebagai aktivator seperti enzim transfosforilase,
dehidrogenase, dan karboksilase.
Kelebihan
dan Kekurangan Magnesium
Kekurangan unsur hara Magnesium (Mg)
a. Daun-daun tua mengalami klorosis (berubah menjadi kuning) dan tampak di antara tulang-tulang daun, sedang tulang-tulang daun itu sendiri tetap berwarna hijau. Bagian di antara tulang-tulang daun itu secara teratur berubah menjadi kuning dengan bercak-bercak merah kecoklatan b. Daun-daun mudah terbakar oleh teriknya sinar matahari karena tidak mempunyai lapisan lilin, karena itu banyak yang berubah warna menjadi coklat tua/kehitaman dan mengkerut
c. Pada tanaman biji-bijian, daya tumbuh biji kurang/lemah, malah kalau toh ia tetap tumbuh maka ia akan nampak lemah sekali Kelebihan unsur hara Magnesium (Mg) Kelebihan Mg tidak menimbulkan gejala ekstrim.
a. Daun-daun tua mengalami klorosis (berubah menjadi kuning) dan tampak di antara tulang-tulang daun, sedang tulang-tulang daun itu sendiri tetap berwarna hijau. Bagian di antara tulang-tulang daun itu secara teratur berubah menjadi kuning dengan bercak-bercak merah kecoklatan b. Daun-daun mudah terbakar oleh teriknya sinar matahari karena tidak mempunyai lapisan lilin, karena itu banyak yang berubah warna menjadi coklat tua/kehitaman dan mengkerut
c. Pada tanaman biji-bijian, daya tumbuh biji kurang/lemah, malah kalau toh ia tetap tumbuh maka ia akan nampak lemah sekali Kelebihan unsur hara Magnesium (Mg) Kelebihan Mg tidak menimbulkan gejala ekstrim.
KESIMPULAN
1. Output unsur hara yang berkelanjutan
menyebabkan degradasi tanah, yang
menyebabkan turunnya produktivitas.
menyebabkan turunnya produktivitas.
2. Konsentrasi hara Mg terbesar pada
tanah untuk rotasi pertama adalah pada
Umur 1 tahun yaitu 2,52 me/100 gram, sedangkan untuk rotasi kedua
kandungan Mg terbesar adalah pada Umur 1 tahun yaitu sebesar 1,02 me/100g
Umur 1 tahun yaitu 2,52 me/100 gram, sedangkan untuk rotasi kedua
kandungan Mg terbesar adalah pada Umur 1 tahun yaitu sebesar 1,02 me/100g
3. Konsentrasi hara Mg pada bagian
tanaman banyak terkonsentrasi pada bagian
daun yaitu sebesar 0,18 % . pada bagian daun banyak mengandung Mg karena
sangat dibutuhkan dalam melakukan kegiatan fotosintesis, reaksi gelap dan
proses metabolisme.
daun yaitu sebesar 0,18 % . pada bagian daun banyak mengandung Mg karena
sangat dibutuhkan dalam melakukan kegiatan fotosintesis, reaksi gelap dan
proses metabolisme.
4. Kandungan hara pada Mg pada biomassa
untuk rotasi kedua mengalami
penurunan, pada rotasi pertama sebesar 328,4 kg/ha, sedangkan pada rotasi
kedua sebesar 21,86 kg/ha.
penurunan, pada rotasi pertama sebesar 328,4 kg/ha, sedangkan pada rotasi
kedua sebesar 21,86 kg/ha.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonymus.
1991. Kesuburan Tanah. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Arios,
J.R. 2005. Pengaruh Pemberian Pupuk Magnesium (Mg) Terhadap Kadar
Klorofil Total Daun, dan Serapan Hara Mg Tanaman Kacang Tanah
(Arachis hypogea L.) pada Podsolik Jasinga dan Latosol Darmaga. Skripsi.
Fakultas Pertanian IPB. Tidak Dipublikasikan.
Klorofil Total Daun, dan Serapan Hara Mg Tanaman Kacang Tanah
(Arachis hypogea L.) pada Podsolik Jasinga dan Latosol Darmaga. Skripsi.
Fakultas Pertanian IPB. Tidak Dipublikasikan.
Awang,
K dan D. Taylor. 1993. Acacia mangium :
Growing and Utilization.
Winrock International and Food and Agriculture Organization of The
United Nation. Bangkok.
Winrock International and Food and Agriculture Organization of The
United Nation. Bangkok.
Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 1994. Pedoman Teknis
Penanaman Kayu Komersil. Departemen Kehutanan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Jakarta.
Penanaman Kayu Komersil. Departemen Kehutanan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Jakarta.
Hardjowigeno,
S. 1985. Ilmu Tanah. Akademi Pressindo. Jakarta.
Indrihastuti,
D. 2004. Kandungan Kalsium pada Biomassa Tanaman Acacia
mangium Willd dan pada Tanah Podsolik Merah Kuning di Hutan
Tanaman Industri. Skripsi. Fakultas Kehutanan IPB. TidakDipublikasikan.
mangium Willd dan pada Tanah Podsolik Merah Kuning di Hutan
Tanaman Industri. Skripsi. Fakultas Kehutanan IPB. TidakDipublikasikan.
Kusmana,
C., S. Sabiham., K. Abe and A. Watanabe. 1992. An Estimation Of
Above Ground Tree Biomass of a Mangrove Forest in SumateraIndonesia.
Above Ground Tree Biomass of a Mangrove Forest in SumateraIndonesia.
Kusmana,
C. dan Istomo. 2003. Penuntun Praktikum Ekologi Hutan.Laboratorium
Ekologi Hutan. Bogor
Ekologi Hutan. Bogor
Mackensen,
J. 2000. Kajian Suplai Hara Lestari pada Hutan Tanaman Cepat
Tumbuh, Implikasi Ekologi dan Ekonomi di Kalimantan Timur, Indonesia.
Badan Kerjasama Teknis Jerman – Deutche GeselischhaftfurTecchnische
Zusammenarbeit (GTZ). Eschborn, Jeman.
Tumbuh, Implikasi Ekologi dan Ekonomi di Kalimantan Timur, Indonesia.
Badan Kerjasama Teknis Jerman – Deutche GeselischhaftfurTecchnische
Zusammenarbeit (GTZ). Eschborn, Jeman.
Mejupan,
E. 2001. Pengukuran Biomassa dan Kandungan Hara Kalsium (Ca) di
Atas Permukaan Tanah pada Hutan Rawa Gambut (Studi Kasus di HPH
PT Diamond Raya Timber, Bagan Siapi-api, Propinsi Dati I
Atas Permukaan Tanah pada Hutan Rawa Gambut (Studi Kasus di HPH
PT Diamond Raya Timber, Bagan Siapi-api, Propinsi Dati I
Mengel,
K. and E.A. Kirkby. 1982. Principles of Plant Nutrition. Third Edition.
International Potash Institute. Bern, Zwitzerland. 665 p.
International Potash Institute. Bern, Zwitzerland. 665 p.
Nurhasybi.
2000. Benih Tanaman Hutan Indonesia. Balai Teknologi Perbenihan.
Vol 2. No.3. Bogor.
Vol 2. No.3. Bogor.
Saharjo,
B.H. 1996. Fire Behaviour and Forest Manajement in Acacia mangium
Plantation in South Sumatera, Indonesia.(Thesis). Japan : M. Agr. Kyoto
University.
Plantation in South Sumatera, Indonesia.(Thesis). Japan : M. Agr. Kyoto
University.
Kamu sudah izin dengan penulis makalah ini?
ReplyDeletesebenernya ini laporan akhir untuk praktikum laboratorium kesuburan tanah yg saya ambil di semester 3 kemarin dan laporan ini di buat oleh teman saya, dan dia memebrikan kepada saya. bahkan saya mempromosikan diri di grub fakultas agar mreka yg tulisan nya yg ingin dipublikasi agar mengirim ke email saya
Delete