Tuesday 26 January 2021

Peluang Bertahan 0.2% Chapter 2

 


Huhhh terjadi lagi. aku kehilangan neneku untuk selama lamanya.  aku sudah tidak punya siapa siapa lagi di sini, apa yang harus aku lakukan? ntah lah. mungkin stress adalah pilihan ku saat itu. ya tak ada yg salah dengan ungkapan itu mengingat aku bukan orang yang pernah dilatih untuk tegar menghadapi situasi apapun. semua kulakukan secara otodidak.apalgi aku termasuk orang yang lebih percaya apa yg aku lihat dan aku pikirkan. bisa dibilang pemeran utama dalam hidup ku bukanlah diriku melainkan imajinasiku.
karna aku bergerak, beraktifitas, melakukan berbagai hal berdasarkan imajinasiku. walau terkadang imajinasi ku sangat sering menyesatkan.

well dengan tidak adanya nenek ku akhirnya aku hidup sendirian. padahal aku sudah mulai terbiasa hidup tanpa orang tua, tapi waktu terus saja mengambil orang orang yang ada di sekitarku. aku terlalu sering merasakan kepedihan sampai sampai aku tidak bisa membedakan apakah aku sedang baik baik saja atau sedang depresi. andai aku bisa memilih tentu aku tidak akan memilih untuk menerima semua kepedihan itu. aku paling tidak suka dengan yang namanya rasa sakit dan aku selalu ingin menghindari rasa sakit itu. aku sering mendengar kiasan tentang bersakit sakit dahulu bersenang senang kemudian, bagiku memilih bersakit sakit itu hanyalah soal keadaan dan kita dipaksa untuk memilih pilihan itu. bukan kita tapi mungkin aku saja.

Aku tidak punya motivasi apapun untuk bisa termotivasi oleh kata kata orang lain. yang aku andalkan hanyalah imajinasiku saja, karna dengan imajinasi aku bisa bertindak tanpa dibatasi ruang dan waktu. dan dengan situasi yang cukup mendukung dikarnakan aku tidak memiliki siapa siapa semenjak kepergian neneku, membuat aku menjadi sangat bebas untuk melakukan apa saja. ya apa saja.

Tapi walau aku bebas dalam hal bertindak, tetap saja aku memiliki batasan dan itu diluar dari dari prediksi biasanya. bisa dibilang aku slalu dibatasi oleh kesialan ku. ya aku slalu sial hahahha. . bahkan aku bisa dapat kesialan dari hal hal sepele seperti tidak punya uang pada saat naik angkutan umum padahal sebelumnya aku baru saja jalan sama doi di sebuah mall dan sampai tak sadar aku lupa untuk menyisakan uang untuk ongkos pulang. parah nya lagi aku baru sadar uang ku tidak ada ketika aku sudah mau sampai di dekat rumah. yah itu merupakan situasi kesialan yang sangat aku benci.

Tapi ya aku emang juga merasa layak juga mendapat kesialan seperti itu, (bersambung)

Chapter 1

No comments:

Post a Comment