PEMBAGIAN
PESTISIDA BERDASARKAN ORGANISME SASARAN
TUGAS
OLEH:
M. ANSYARI
160301135
AGROTEKNOLOGI-III
PESTISIDA
DAN TEKNIK APLIKASI
P R
O G R A M S T U D I A G R O T E K N O L O G I
F A
K U L
T A S
P E R
T A N
I A N
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
2017
Pengertian Pestisida
Pestisida adalah
substansi (zat) kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai
hama. Berdasarkan asal katanya pestisida berasal dari bahasa inggris yaitu pest
berarti hama dan cida berarti pembunuh. Yang dimaksud hama bagi
petani sangat luas yaitu : tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang
disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, nematoda (cacing yang
merusak akar), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.
Menurut peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 (yang dikutip oleh Djojosumarto,
2008) pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan
virus yang dipergunakan untuk :
1)
Memberantas atau mencegah hama-hama dan
penyakit-penyakit yang merusak tanaman atau hasil-hasil pertanian.
2)
Memberantas rerumputan.
3) Mematikan
daun dan mencegah pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman, tidak
termasuk pupuk
4)
Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada
hewan-hewan peliharaan dan ternak.
5)
Memberantas dan mencegah hama-hama air.
6) Memberikan
atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga,
bangunan dan alat-alat pengangkutan, memberantas atau
Penggolongan
Pestisida
§
Penggolongan pestisida berdasarkan sasaran
(Wudianto R, 2010) yaitu :
Ø Insektisida
adalah bahan yang mengandung senyawa kimia yang bisa mematikan semua jenis
serangga.
Ø Fungisida
adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa digunakan untuk
memberantas dan mencegah fungsi/cendawan.
Ø Bakterisida.
Disebut bakterisida karena senyawa ini mengandung bahan aktif beracun yang bisa
membunuh bakteri.
Ø
Nermatisida, digunakan untuk mengendalikan
nematoda
Ø Akarisida
atau mitisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia yang digunakan untuk
membunuh tungau, caplak dan laba-laba.
Ø Rodenstisida
adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk
mematikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus.
Ø Moluskisida
adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu : siput, bekicot serta tripisan
yang banyak dijumpai di tambak.
Ø Herbisida
adalah senyawa kimia beracun yang dimanfaatkan untuk membunuh tumbuhan
pengganggu yang disebut gulma.
Ø Pestisida
lain seperti Pisisida, Algisida, Advisida dan lain-lain.
Ø
Pestisida berperan ganda yaitu pestisida yang
berperan untuk membasmi 2 atau 3 golongan organisme pengganggu tanaman
B. Berdasarkan
Sifat dan Cara Kerja Racun Pestisida (Djojosumarto, 2008)
v
-Racun Kontak Pestisida jenis ini bekerja dengan
masuk ke dalam tubuh serangga sasaran lewat kulit (kutikula) dan di
transportasikan ke bagian tubuh serangga tempat pestisida aktif bekerja.
v
-Racun Pernafasan (Fumigan) Pestisida
jenis ini dapat membunuh serangga dengan bekerja lewat sistem pernapasan.
v
-Racun Lambung Jenis pestisida yang membunuh
serangga sasaran jika termakan serta masuk ke dalam organ pencernaannya.
v -Racun
Sistemik Cara kerja seperti ini dapat memiliki oleh insektisida, fungisida dan
herbisida. Racun sistemik setelah disemprotkan atau ditebarkan pada bagian
tanaman akan terserap ke dalam jaringan tanaman melalui akar atau daun,
sehingga dapat membunuh hama yang berada di dalam jaringan tanaman seperti
jamur dan bakteri. Pada insektisida sistemik, serangga akan mati setelah
memakan atau menghisap cairan tanaman yang telah disemprot.
v
-Racun Metabolisme Pestisida ini membunuh
serangga dengan mengintervensi proses metabolismenya.
v
-Racun Protoplasma Ini akan mengganggu fungsi
sel karena protoplasma sel menjadi rusak.
C. Berdasarkan
Bentuk Formulasi Pestisida
Formulasi
pestisida yang dipasarkan terdiri atas bahan pokok yang disebut bahan aktif (active
ingredient) yang merupakan bahan utama pembunuh organisme pengganggu dan
bahan ramuan (inert ingredient), (Wudianto R, 2010). Beberapa jenis
formulasi pestisida sebagai berikut :
1. Tepung Hembus,
debu (dust = D)
Bentuknya tepung
kering yang hanya terdiri atas bahan aktif, misalnya belerang atau dicampur
dengan pelarut aktif, kandungan bahan aktifnya rendah sekitar 2-10%. Dalam
penggunaannya pestisida ini harus dihembuskan menggunakan alat khusus yang
disebut duster.
2. Butiran (granula = G)
Pestisida ini berbentuk butiran padat yang merupakan
campuran bahan aktif berbentuk cair dengan butiran yang mudah menyerap, bagian
luarnya ditutup dengan suatu lapisan.
3. Tepung yang dapat disuspensikan dalam air (wettable
powder = WP)
Pestisida berbentuk tepung kering agak pekat ini belum
bisa secara langsung digunakan untuk memberantas jasad sasaran, harus terlebih
dahulu dibasahi air. Hasil campurannya dengan air disebut suspensi. Pestisida
jenis ini tidak larut dalam air, melainkan hanya tercampur saja. Oleh karena
itu, sewaktu disemprotkan harus sering diaduk atau tangki penyemprotnya
digoyang-goyang.
4. Tepung yang larut dalam air (water-sofable
powder = SP)
Pestisida berbentuk SP ini sepintas mirip WP.
Penggunaanya pun ditambahkan air. Perbedaannya terletak pada kelarutannya. Bila
WP tidak bisa terlarut dalam air, SP bisa larut dalam air. Larutan ini jarang
sekali mengendap, maka dalam penggunaannya dengan penyemprotan, pengadukan
hanya dilakukan sekali pada waktu pencampuran.
5. Suspensi (flowable concentrate = F)
Formulasi ini merupakan campuran bahan aktif yang
ditambah pelarut serbuk yang dicampur dengan sejumlah kecil air. Hasilnya
adalah seperti pasta yang disebut campuran basah. Campuran ini dapat tercampur
air dengan baik dan mempunyai sifat yang serupa dengan formulasi WP yang
ditambah sedikit air.
6. Cairan (emulsifiable concentrare =
EC)
Bentuk pestisida ini adalah cairan pekat yang terdiri
dari campuran bahan aktif dengan perantara emulsi (emulsifiet). Dalam
penggunaanya, biasanya dicampur dengan bahan pelarut berupa air. Hasil
pengencerannya atau cairan semprotnya disebut emulsi.
7. Solution (S)
Solution merupakan formulasi yang dibuat dengan
melarutkan pestisida ke dalam pelarut organik dan dapat digunakan dalam
pengendalian jasad pengganggu secara langsung tanpa perlu dicampur dengan bahan
lain. Formulasi ini hampir tidak ditemui.
Merek dagang pestisida biasanya selalu diikuti dengan
singkatan formulasinya dan angka yang menunjukkan besarnya kandungan bahan
aktif.
D. Berdasarkan Bahan Aktifnya
Penggunaan pestisida yang paling banyak dan luas
berkisar pada satu diantara empat kelompok besar berikut (Kusnoputranto, 1996)
:
1. Organoklorin (Chlorinated hydrocarbon)
Organoklorin merupakan racun terhadap susunan saraf (neuro
toxins) yang merangsang sistem saraf baik pada serangga maupun mamalia,
menyebabkan tremor dan kejang-kejang.
2. Organofosfat (Organo phosphates – Ops)
Ops umumnya
adalah racun pembasmi serangga yang paling toksik secara akut terhadap binatang
bertulang belakang seperti ikan, burung, kadal (cicak) dan mamalia), mengganggu
pergerakan otot dan dapat menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
kelumpuhan. Organofosfat dapat
menghambat aktifitas dari cholinesterase, suatu enzim yang mempunyai peranan
penting pada transmisi dari signal saraf.
3. Karbamat (carbamat)
Sama dengan organofosfat, pestisida jenis karbamat
menghambat enzim-enzim tertentu, terutama cholinesterase dan mungkin dapat
memperkuat efek toksik dari efek bahan racun lain. Karbamat pada dasarnya
mengalami proses penguraian yang sama pada tanaman, serangga dan mamalia. Pada
mamalia karbamat dengan cepat diekskresikan dan tidak terbio konsentrasi namun bio
konsentrasi terjadi pada ikan.
4. Piretroid
Salah satu insektisida tertua di dunia, merupakan
campuran dari beberapa ester yang disebut pyretrin yang diektraksi dari bunga
dari genus Chrysantemum. Jenis pyretroid yang relatif stabil terhadap sinar matahari
adalah : deltametrin, permetrin, fenvlerate. Sedangkan yang tidak stabil
terhadap sinar matahari dan sangat beracun bagi serangga adalah : difetrin,
sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin, tralometrin, sihalometrin,
flusitrinate. Piretrum mempunyai toksisitas rendah pada manusia tetapi
menimbulkan alergi pada orang yang peka, dan mempunyai keunggulan diantaranya:
diaplikasikan dengan takaran yang relatif sedikit, spekrum pengendaliannya
luas, tidak persisten, dan memiliki efek melumpuhkan yang sangat baik.
No comments:
Post a Comment